Total Tayangan Halaman

Senin, 07 Januari 2013

JENIS-JENIS SEJARAH


JENIS-JENIS SEJARAH- Sebagaimana telah diungkapkan sebelumnya bahwa studi sejarah merupakan studi terhadap kehidupan manusia. Kehidupan manusia memiliki aspek budaya, ekonomi, sosial, politik, dan lain-lain. Selain itu, ruang lingkup kehidupan manusia bisa dalam bentuk
ruang lingkup yang kecil hingga ruang lingkup yang besar. Ruang lingkup yang kecil misalnya keluarga, sedangkan ruang lingkup yang besar misalnya masyarakat. Aspek kehidupan dan ruang lingkup manusia dapat menjadi tema-tema penelitian sejarah. Tema-tema tersebut dapat menjadi jenis-jenis sejarah yang dapat ditulis oleh peneliti. Jenis sejarah yang bisa ditulis misalnya sejarah keluarga, sejarah politik, sejarah militer, sejarah ekonomi, sejarah sosial, dan sejarah intelektual. Masih banyak lagi jenis sejarah yang dapat ditulis.

1.   Sejarah keluarga

Sejarah keluarga menarik untuk ditulis menjadi suatu karya sejarah. Dalam penulisannya sudah barang tentu harus menjadi suatu karya ilmiah. Bukanlah suatu cerita yang bersifat narasi belaka. Agar tulisan itu menarik, maka seorang penulis sejarah terlebih dahulu memahami batasan keluarga. Secara sosilogis keluarga merupakan ikatan terkecil dari bentuk masyarakat. Dalam keluarga terdapat sekumpulan individu-individu. Individu-individu yang ada dalam keluarga minimal ayah, ibu, dan anak.
Sebagaimana telah dikemukakan, keluarga adalah ruang lingkup terkecil dari suatu masyarakat. Dalam keluarga terdapat individu-individu yang saling berinteraksi. Interaksi yang dilakukan oleh mereka menunjukkan berbagi perilaku yang beragam. Perilaku-perilaku individu tersebut dapat menjadi kajian bidang ilmu sosial khususnya seperti antropologi, sosiologi, politik, ekonomi, dan lain-lain. Secara mikro, keluarga merupakan suatu bangunan struktur. Struktur dalam penelitian sejarah dapat dilihat sebagai sesuatu yang berubah. Dengan demikian, penulisan sejarah keluarga dapat dilihat dari berbagai pendekatan. Pendekatan yang dilakukan dalam menulis sejarah keluarga tergantung pada batasan ilmu yang digunakan. Sebagaimana telah dikemukakan, keluarga secara sosilogis adalah sebuah bentuk terkecil dari masyarakat yang dapat membentuk suatu struktur. Sebagai suatu struktur, maka keluarga dapat membangun suatu perubahan dalam ruang lingkup yang lebih luas. Misalnya kita akan menulis sejarah asal usul suatu daerah, maka kita dapat melihat asal-usul keluarga yang berpengaruh pada daerah tersebut. Misalnya di Tasikmalaya Jawa Barat, asal usul kota tersebut bisa dilihat dari keluarga bupati keturunan Wiradadaha. Sebagian besar Bupati yang memerintah di Tasikmalaya berasal dari keluarga Wiradadaha. Selain pendekatan sosilogis, penulisan sejarah keluarga bisa dilihat pula dari pendekatan antropologi. Dalam pendekatan ini, biasanya lebih mementingkan aspek budaya. Misalnya kita menulis sejarah keluarga dengan cara melihat nilai-nilai apa yang yang ditanamkan oleh keluarga tersebut. Sebuah keluarga yang berasal dari lingkungan santri sudah barang tentu akan berbeda dengan yang bukan dari kalangan santri, dalam hal nilai-nilai yang ditanamkan di keluarga. Aspek budaya ini dapat kita kaji dari segi perilaku. Misalnya kita ingin melihat peran politik yang dimainkan oleh keluarga tersebut. Kalau keluarga yang berasal dari kalangan santri mungkin dalam peran politik yang dilakukan lebih banyak diwarnai oleh nilai-nilai keagamaan. Dengan demikian, pendekatan antropologi dan politik dapat dilakukan dalam penulisan sejarah keluarga.
Pendekatan ekonomi pun dapat dilakukan dalam menulis sejarah keluarga. Keluarga dalam konteks ini bisa dilihat sebagai unit ekonomi. Dalam sebuah keluarga, terdapat hubungan individu-individu yang membentuk suatu jaringan. Jaringan yang dibangun dapat menjadi suatu jaringan ekonomi. Bahkan jaringan tersebut dapat meluas, dari suatu ruang lingkup keluarga kecil menjadi ruang lingkup keluarga yang besar. Bahkan jaringan ini membentuk suatu daerah. Misalnya dalam sebuah kampung pengrajin terdapat ikatan-ikatan keluarga di antara sesama pengrajin. Sejarah ekonomi suatu daerah dapat dilihat dari perilaku ekonomi yang ditanamkan dalam keluarga. Pengkajian seperti ini akan menemukan jawaban atas pertanyaan mengapa perekonomian tumbuh dengan baik pada daerah tersebut.

2.    Sejarah politik

Salah satu bagian dari perilaku manusia adalah kekuasaan. Kajian tentang kekuasaan merupakan fokus utama dalam sejarah politik. Dalam pendekatan yang konvensional, sejarah politik biasanya dikaitkan dengan sejarah “orang-orang besar”. Orang-orang ini biasanya berkuasa dalam sebuah kerajaan atau negara. Orang-orang tersebut misalnya raja atau penguasa. Kalau kita menulis sejarah Perang Dunia II sebagai sejarah politik, maka kita akan menampilkan tokoh-tokoh yang dianggap sebagai “orang-orang besar”. Tokoh-tokoh tersebut misalnya Hitler, Kaisar Hirohito, dan Musolini.
Kita akan mendeskripsikan bahwa tindakan tokoh-tokoh tersebut sangat menentukan perubahan dunia. Perang tidak mungkin terjadi kalau tokoh-tokoh tersebut tidak menghendakinya. Pada tangan-tangan kekuasaan merekalah, dunia terjerumus dalam Perang Dunia II.
Dalam penulisan sejarah yang lama, kita sering menemukan sejarah politik, misalnya jatuh bangun dan pergantian pada dinasti-dinasti lama. Pergantian dinasti lebih dilihat sebagai ulah atau perilaku dari rajanya sendiri. Penulisan sejarah pada periode kerajaan-kerajaan Hindu atau Islam misalnya, menunjukkan bagaimana peran sentral para raja dalam menentukan kebijakan negerinya. Penulisan sejarah politik yang kontemporer misalnya penulisan tentang peran parlemen. Sejarah Indonesia pada masa demokrasi liberal bisa ditulis dengan penulisan sejarah politik. Pada masa demokrasi liberal, Indonesia mengalami jatuh bangunnya parlemen akibat adanya mosi tidak percaya. Kita yang menulis sejarah tersebut harus bisa melihat dari aspek politik, mengapa pada masa itu parlemen sering jatuh. Untuk menjawabnya kita bisa melihat dari undang-undang yang berlaku saat itu, partai-partai politik yang terlibat, ideologi, dan misi dari masing-masing partai politik, program-program dari masing-masing kabinet, dan aspek-aspek politik lainnya.

3.    Sejarah militer

Dalam banyak catatan sejarah dunia, perang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari perilaku manusia. Kajian tentang perang merupakan bagian penting dari sejarah militer. Dalam sejarah militer, bisa dikaji strategi yang digunakan, kekuatan pasukan yang berperang, dan senjata yang digunakan. Penulisan sejarah militer sesungguhnya tidak hanya melihat aspek politik dari militer itu sendiri. Perang dapat pula menjadi budaya pada suatu masyarakat tertentu. Dengan pemahaman seperti ini, maka dalam menulis sejarah militer bisa dilihat dari aspek budaya.
Dalam sejarah Indonesia, sejarah militer merupakan tema yang cukup banyak untuk ditulis. Misalnya periode kedatangan VOC. Kegiatan VOC ketika berada di Indonesia tidak lepas dari peperangan. Sebagai kongsi dagang, VOC memiliki kewenangan untuk memerangi lawan-lawannya. Bagaimana VOC dengan cara berperang mampu menguasai dan menjajah Indonesia.
Dari sejarah militer tentang VOC, kita bisa dengan mudah mengetahui bagaimana awalnya penjajahan Barat di Indonesia. Mengapa VOC yang berasal dari negeri yang cukup jauh dan dapat menguasai wilayah Indonesia yang sangat luas? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, kita harus memperhatikan teknologi dan strategi perang yang dimiliki oleh VOC. VOC memiliki kapal-kapal yang cukup besar yang dilengkapi dengan persenjataan yang cukup maju pada saat itu. Teknologi pelayaran dan perang yang dimiliki oleh VOC jauh lebih maju dibandingkan dengan teknologi yang dimiliki orang pribumi. Perdagangan yang dilakukan oleh VOC adalah perdagangan sambil berperang. Dengan cara seperti ini, VOC mampu menguasai wilayah lautan di Nusantara pada saat itu dan menjajah Indonesia. Dalam mempelajari sejarah perang, perhatian kita bukan hanya pada persenjataan saja. Perang dapat berhasil harus didukung oleh faktor-faktor lainnya seperti dukungan logistik. Contoh hal ini bisa kita lihat dalam perang antara Mataram dengan VOC. Sultan Agung sebagai raja Mataram mengirimkan pasukannya ke Batavia (Jakarta). Dalam melakukan perang dengan VOC, Mataram ternyata mengalami kekalahan. VOC berhasil membakar gudang persediaan makanan pasukan Mataram di daerah Krawang. Dengan cara seperti ini, bantuan logistik pasukan Mataram menjadi lemah.
Pada masa penjajahan Belanda selama periode berikutnya, peperangan banyak terjadi, seperti perlawanan-perlawanan di beberapa daerah terhadap Belanda. Perlawanan-perlawanan yang dilakukan oleh bangsa Indonesia pada saat itu dilakukan dengan cara berperang. Beberapa perang yang terjadi seperti Perang Diponegoro, Perang Aceh, Perang Paderi, Perang Banjarmasin, Perang Puputan di Bali, dan beberapa perang lainnya. Di antara perang-perang tersebut, yang memakan waktu lama adalah Perang Aceh, bahkan pasukan Belanda pun banyak yang meninggal. Salah satu faktor yang menjadi penyebab kegigihan rakyat Aceh dalam berperang melawan Belanda adalah ideologi yang begitu kuat tertanam dalam diri orang-orang Aceh. Ideologi yang dipegangnya adalah ideologi perang sabil. Dalam ideologi ini perang adalah jalan untuk mencapai kemuliaan agama (Islam). Dengan contoh pada perang Aceh ini, maka sejarah perang harus pula menampilkan adanya ideologi yang dimiliki oleh pasukan yang berperang. Kekuatan perang ternyata bukan hanya terletak pada kekuatan teknologi persenjataan yang dimilikinya, tetapi juga ideologi yang dianut oleh pasukan yang berperang.

4.    Sejarah ekonomi

Secara sederhana ekonomi dapat didefinisikan sebagai kegiatan manusia yang dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup. Untuk memenuhi kebutuhan hidup, maka manusia melakukan berbagai aktivitas. Aktivitas manusia tersebut misalnya produksi, penjualan, pembelian, penawaran, dan permintaan barang-barang, penggunaan sumber-sumber ekonomi, dan lain-lain. Aktivitas-aktivitas tersebut akan menyebabkan adanya hubungan di antara sesama individu, baik dalam ruang lingkup yang kecil maupun yang besar. Aktivitas ekonomi manusia menjadi kajian penting dalam penulisan sejarah ekonomi.
Ruang lingkup penulisan sejarah ekonomi bisa dalam skala yang lebih mikro maupun makro. Ruang lingkup yang lebih mikro, misalnya kita menulis sejarah ekonomi pedesaan. Hal-hal yang bisa kita kaji dari sejarah ekonomi pedesaan, yaitu bagaimana kegiatan sehari-hari masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya: apakah mereka berdagang, bagaimana cara berdagang yang mereka lakukan; apakah mereka bertani, bagaimana cara bertani yang mereka lakukan; berapa pendapatan yang mereka peroleh; apakah dari pendapatan yang mereka peroleh itu dapat menyejahterakan hidupnya; dan masih banyak faktor-faktor lainnya. Dalam penulisan sejarah ekonomi pedesaan, kajian kita yang terpenting ialah bagaimana perkembangan ekonomi masyarakat pedesaan dalam suatu periode tertentu? Apakah perkembangan ekonomi itu mengarah pada kesejahteraan atau kemiskinan? Faktor-faktor apa yang menjadi penyebab tumbuhnya perekonomian masyarakat pedesaan tersebut? Apakah pertumbuhan itu disebabkan oleh kebijakan pemerintah? Apakah disebabkan oleh kreativitas masyarakat pedesaan sendiri? Kajian sejarah ekonomi bisa dalam bentuk aktivitas sekelompok masyarakat, seperti kelompok masyarakat pedesaan, dapat pula kajian terhadap lembaga-lembaga ekonomi. Misalnya perkembangan ekonomi suatu perusahaan. Dalam menulis sejarah ekonomi perusahaan, kita bisa mengkaji bagaimana perkembangan ekonomi perusahaan tersebut dalam suatu periode jangka waktu tertentu? Apakah mengalami suatu kemajuan atau keuntungan? apakah mengalami kemunduran atau kerugian? Faktor-faktor apakah yang menjadi penyebab kemunduran atau kemajuan dari ekonomi perusahaan tersebut? Apakah disebabkan oleh faktor internal atau oleh faktor eksternal perusahaan tersebut? Dalam skala yang lebih makro atau lebih luas, kajian sejarah ekonomi bisa dalam ruang lingkup yang lebih luas misalnya skala nasional. Sejarah ekonomi Indonesia pada zaman kolonial memiliki kajian yang cukup banyak.
Periode yang cukup penting bagi penulisan sejarah ekonomi Indonesia pada masa kolonial yaitu pada masa Tanam Paksa dan masa berlakunya Undang-Undang Agraria tahun 1870. Pada zaman Tanam Paksa penulisan sejarah ekonomi dapat mengkaji hal-hal seperti jenis-jenis tanaman apa yang diwajibkan untuk ditanam, bagaimana pemerintah kolonial membuka lahan-lahan perkebunan, bagaimana pengelolaan Tanam Paksa yang bisa menguntungkan pemerintah kolonial secara ekonomi, bagaimana keuntungan yang diperoleh pemerintah kolonial dari Tanam Paksa, bagaimana kehidupan ekonomi kaum pribumi dengan adanya Tanam Paksa.

5.    Sejarah sosial

Sebagaimana telah dibahas bahwa masyarakat pada dasarnya merupakan kumpulan individu-individu yang membangun suatu struktur. Struktur secara sosiologis dapat berubah. Ada yang berubah karena interaksi dari dalam dan ada pula yang berubah karena adanya interaksi dari luar. Perubahan struktur inilah yang merupakan kajian penting dalam sejarah sosial. Sehingga sejarah sosial dapat pula disebut sebagai sejarah masyarakat atau sejarah struktur. Pada mulanya, sejarah sosial lahir sebagai respon terhadap penulisan sejarah yang konvensional. Sejarah konvensional yang dimaksud adalah sejarah yang hanya menekankan orang-orang besar saja seperti para raja atau penguasa.
Penulisan sejarah yang konvensional memberikan kesan seolah-olah sejarah adalah milik orang-orang besar saja. Respon terhadap sejarah konvensional tersebut kemudian melahirkan sejarah “orang-orang kecil”. Orang-orang kecil yang dimaksud seperti petani, buruh, rakyat kecil, dan kelompok-kelompok marginal lainnya. Dalam hal ini, peran-peran yang dilakukan oleh orang-orang kecil harus menjadi kajian sejarah. Kajian inilah yang pertama kali menjadi fokus penulisan sejarah sosial.
Kehidupan buruh di perkebunan pada zaman penjajahan merupakan salah satu tema yang dapat dijadikan penulisan sejarah sosial. Buruh dapat dilihat sebagai suatu masyarakat yang terstruktur. Bahkan kehidupan di perkebunan menunjukkan adanya suatu struktur masyarakat, ada pemilik perkebunan sebagai penguasa, pejabat perkebunan, dan buruh. Kajian yang bisa kita lakukan dengan sejarah buruh di perkebunan yaitu bagaimana latar belakang lahirnya kaum buruh di perkebunan, bagaimana kehidupan sehari-hari kaum buruh, bagaimana hubungan antara buruh dengan pejabat dan pemilik perkebunan, bagaimana kebijakan pemilik perkebunan atau pemerintah terhadap kesejahteraan kaum buruh, bagaimana reaksi kaum buruh terhadap kebijakan pemilik perkebunan atau pemerintah, apakah ada gejolak dalam kehidupan kaum buruh, faktor apakah yang menjadi penyebab terjadinya gejolak tersebut, dan faktor-faktor lainnya.

6.    Sejarah intelektual

Fokus utama sejarah intelektual adalah bagaimana lahirnya pemikiran-pemikiran manusia. Pemikiran-pemikiran yang dikaji dalam sejarah intelektual adalah pemikiran yang memberikan pengaruh terhadap kehidupan manusia, baik dalam ruang lingkup yang kecil maupun ruang lingkup yang besar. Hasil pemikiran manusia dapat berupa filsafat atau ilmu pengetahuan. Apabila filsafat yang dikaji, maka akan melahirkan sejarah filsafat, misalnya aliran-aliran filsafat yang berkembang di Yunani. Hal ini menjadi kajian sejarah yang menarik karena pemikiran filsafat Yunani memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap perubahan dunia. Sejarah intelektual bisa dikaji dalam konteks perkembangan ilmu pengetahuan. Misalnya perkembangan ilmu pengetahuan di Barat. Untuk melihat bagaimana perkembangan ilmu pengetahuan di Barat, maka harus dilacak ke belakang, yaitu perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Islam. Orang-orang Barat pada masa itu banyak mempelajari pemikiran-pemikiran dari para cendikiawan muslim, seperti ilmu kedokteran dari Ibnu Sina,sehingga di Barat nama Ibnu Sina dikenal dengan sebutan Avicena. Kajian tentang perkembangan ilmu pengetahuan di Barat dapat merupakan tema dalam sejarah intelektual.
Sejarah intelektual di Indonesia dapat kita kaji. Kita dapat mengkaji beberapa pemikiran tentang tokoh-tokoh. Bagaimana kita mengkaji pemikiranpemikiran para tokoh pejuang Indonesia, kita dapat mulai mempelajarinya dari latar belakang pendidikannya. Kebanyakan dari tokoh-tokoh pejuang Indonesia berlatar belakang pendidikan Barat (Belanda). Walaupun mereka belajar dari pemikiran-pemikiran Barat, tetapi dalam prakteknya para tokoh tersebut mencoba menyesuaikan dengan kondisi objektif masyarakat di Indonesia. Misalnya gagasan tentang ekonomi kerakyatan menurut Mohammad Hatta, gagasan marhaenisme menurut Soekarno, gagasan nasionalisme manurut Ki Hajar Dewantara, gagasan tentang negara menurut Mohammad Natsir, gagasan sosialisme menurut HOS Cokroaminoto. Gagasan-gagasan dari para tokoh pemimpin Indonesia ini penting kita pelajari, karena gagasan-gagasan mereka cukup berpengaruh dalam perubahan sosial politik di Indonesia. Marhaenisme Soekarno pada dasarnya merupakan bentuk sosialisme yang ditafsirkan dengan kondisi nyata bangsa Indonesia. Nasionalismenya Ki Hajar Dewantara adalah nasionalisme yang berakar dari kebudayaan Indonesia, khususnya Jawa. Gagasan nasionalismenya kemudian ia terapkan pada sistem persekolahan yang didirikannya, yaitu Sekolah Taman Siswa. Sekolah ini memberikan peran sejarah yang cukup penting dan sampai sekarang sekolah ini masih tetap ada. Sosialisme Cokroaminoto merupakan bentuk reaksi terhadap komunisme yang waktu itu masuk ke dalam tubuh Syarekat Islam. Gagasan nasionalisme Cokroaminoto berakar dari nilai-nilai agama Islam. Ekonomi kerakyatan yang dimaksud oleh Mohammad Hatta dan cocok dengan nilai-nilai budaya bangsa Indonesia adalah koperasi, karena dalam diri bangsa Indonesia terdapat nilai kekeluargaan yang merupakan ciri dari koperasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar